Who Benefits from Ocean Sand Exports? Economic and Environmental Impacts of Ocean Sand Regulations

Jakarta, 2 Oktober 2024—Keputusan pemerintah melonggarkan ekspor pasir laut melalui PP 26/2023 dan Kepmen KP 16/2024 menuai kritik tajam dari akademisi, pegiat lingkungan, dan masyarakat pesisir. Kebijakan ini dinilai merusak ekosistem laut, terumbu karang, dan mata pencaharian nelayan.

Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, menegaskan, “Simulasi yang dilakukan menemukan dampak negatif pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp1,22 triliun, dan pendapatan masyarakat akan menurun hingga Rp1,21 triliun. Klaim pemerintah bahwa ekspor pasir laut akan meningkatkan keuntungan ekonomi dan pendapatan negara ternyata berlebihan.” Huda juga menambahkan, “Data historis 2001-2009 menunjukkan korelasi negatif antara peningkatan ekspor pasir laut dan produksi perikanan tangkap.”

Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, menekankan, “Ekspor pasir laut justru berisiko menciptakan pengangguran di kawasan pesisir. Tidak ada korelasi ekspor pasir laut dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berdaya saing.” Bhima menutup, “Indonesia akan kehilangan potensi Blue Carbon dan ekosistem ekonomi biru jika eksploitasi pasir laut dilanjutkan. Opsi pembangunan pesisir dan kelautan secara berkelanjutan jauh lebih menguntungkan.”

The government’s decision to relax sea sand exports through Government Regulation No. 26/2023 and Ministerial Decree No. 16/2024 has sparked sharp criticism from academics, environmental activists, and coastal communities. The policy is seen as destructive to marine ecosystems, coral reefs, and the livelihoods of local fishers.

Nailul Huda, Digital Economic Director at CELIOS, stated, “Simulations show negative impacts on GDP of IDR 1.22 trillion, and household incomes could drop by IDR 1.21 trillion. The government’s claim that sea sand exports would boost economic gains and state revenue is clearly exaggerated.” Huda added, “Historical data from 2001-2009 shows a negative correlation between increased sea sand exports and capture fisheries production.”

Bhima Yudhistira, Executive Director of CELIOS, emphasized, “Sea sand exports actually risk creating unemployment in coastal areas. There is no correlation between sea sand exports and quality, competitive economic growth.” He concluded, “Indonesia stands to lose its Blue Carbon potential and blue economy ecosystems if sand exploitation continues. Sustainable coastal and marine development is far more beneficial.”

Recent Publications

Sejak tahuan 2020, Maluku Utara menjadi pusat ambisi pemerintah Indonesia dalam pertambangan

Meskipun booming nikel menghadirkan lonjakan pertumbuhan ekonomi luar biasa bagi Sulawesi Tenggara—khususnya

RPJPN 2025–2045 telah menekankan pentingnya mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di tingkat provinsi

Videos

If you have missed out on our events, check out our YouTube to watch the full recording.