03 September 2024
Rapat Pemegang Saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang dijadwalkan 5 September 2024 cukup menarik perhatian. Pemulihan kinerja keuangan, dan lompatan inovasi dibutuhkan KRAS, salah satunya lewat pengembangan green steel atau baja rendah karbon. Sebelumnya emiten BUMN di sektor besi baja ini mencatat rugi di kuartal I-2024 sebesar Rp476,57 miliar atau terjadi kenaikan kerugian sebesar 59,50% secara year-on-year (yoy). Kinerja keuangan KRAS yang memburuk berpengaruh signifikan terhadap trend harga saham KRAS. Harga saham KRAS per 23 Agustus 2024 ditutup Rp107 per lembar saham atau terkoreksi 52,6% secara tahunan.
Sebagai langkah pemulihan kinerja keuangan, KRAS berencana melakukan restrukturisasi keuangan dengan menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK) yang akan disepakati oleh pemegang saham pada RUPST mendatang. Perlu diketahui, KRAS sudah pernah menerbitkan Obligasi Wajib Konversi di tahun 2022 yang termasuk dalam skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pasca Covid19. Penerbitan OWK tersebut merupakan suntikan dana dari pemerintah sebesar Rp3 triliun melalui penerbitan Obligasi Seri A senilai Rp2,2 triliun dan Seri B senilai Rp800 miliar dengan mekanisme private placement yang akan jatuh tempo pada 30 Desember 2027. Namun, harga saham KRAS pada saat itu berada di posisi Rp348 per lembar saham, lebih tinggi dibandingkan harga saham saat ini senilai Rp100 per lembar saham.
Penerbitan OWK di saat harga saham sedang rendah justru berisiko menambah tekanan bagi pemegang saham existing, karena jumlah saham yang harus diterbitkan saat konversi nanti akan lebih banyak untuk memenuhi nilai obligasi yang sama. Dengan kata lain, pemegang saham existing bisa mengalami dilusi kepemilikan saham yang lebih besar.
Oleh karena itu, manajemen KRAS sebaiknya memberikan kepastian kepada investor berupa rencana perbaikan kondisi keuangan dengan mengalokasikan dana yang didapatkan dari Obligasi Konversi bukan hanya untuk menambal kerugian perusahaan saja. Obligasi Konversi bisa dimanfaatkan untuk mendanai proyek-proyek yang dapat menarik minat investor baru seperti melakukan transformasi bisnis ke produk baja rendah karbon (green steel).
Perkembangan Tren Baja Hijau
Seiring dengan meningkatnya kesadaran global akan dampak dari krisis iklim yang disebabkan oleh emisi karbon. Permintaan terhadap produk-produk ramah lingkungan mengalami peningkatan yang cukup signifikan di pasar global, terutama trend permintaan baja hijau. Menurut Fairfield Market Research, sebuah divisi bisnis dari Fairfield Consultancy Services Limited di London, trend baja hijau di pasar global akan terus mengalami peningkatan hingga USD47,2 miliar pada akhir 2030 dengan CAGR mencapai 122,9% selama periode assessment 2023-2030. Proyeksi ini dibuktikan dengan perkembangan tren investasi yang dilakukan oleh berbagai negara untuk melakukan langkah dekarbonisasi di sektor industri manufaktur, terutama industri baja. Salah satunya Department of Energy (DOE) Amerika Serikat, yang mana pada bulan Maret lalu memberikan dukungan pembiayaan kepada sektor industri baja mereka berupa hibah sebesar US$1,5 miliar untuk mendorong teknologi produksi baja rendah karbon.
Pada tahun 2021 perusahaan baja asal Swedia SSAB mendeklarasikan rencananya untuk menjadi produsen baja pertama di dunia yang bebas emisi karbon pada tahun 2045. SSAB menggunakan teknologi berbasis hidrogen hijau dalam produksi bajanya sebagai pengganti peran batu bara yang disebut sebagai hydrogen breakthrough ironmaking technology (HYBRIT).
Proyek HYBRIT direspon positif oleh pelaku pasar global sehingga harga saham SSAB pada kuartal III 2021 melonjak signifikan hingga 50% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. Tren ini terus berlanjut seiring dengan komitmen SSAB untuk melakukan akselerasi transisi hijau pada awal tahun 2022. Berkat investasi dalam teknologi hijau, SSAB juga berhasil memperkuat posisinya sebagai produsen pelopor baja hijau di kancah global serta menarik perusahaan otomotif raksasa seperti Volvo dan Mercedes-Benz yang berkomitmen pada rantai pasok berkelanjutan.
Obligasi Konversi Merupakan Langkah Awal Pendanaan Baja Hijau
Terkait dengan pemanfaatan obligasi wajib konversi, manajemen KRAS bisa mencontoh Arcelor Mittal. Pada 2022 lalu Arcelor Mittal pernah menerbitkan green convertible bonds dengan nilai sebesar €1 miliar dan jatuh tempo di tahun 2029. Tujuan penerbitan obligasi hijau tersebut dimaksudkan untuk mendanai proyek baja hijau, sesuai dengan komitmen Arcelor Mittal untuk mendukung agenda Net Zero Emission di tahun 2050. Aksi Arcelor Mittal meraih kesuksesan besar, pada 14 Januari 2024 pemerintah Perancis mengumumkan akan memberikan dukungan investasi sebesar €850 juta. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli 2 unit Electric Arc Furnaces (EAF) dan membangun Direct Reduction Plant. Teknologi ini dimaksudkan sebagai pengganti Blast Furnaces dan Basic Oxygen Furnaces, yang mana masih berbasis batu bara, dan menjadi penyebab utama masalah tingginya emisi karbon di Industri Baja.
Oleh karena itu, Krakatau Steel sebagai perusahaan baja terbesar di Indonesia harus dapat menjadi pelopor transisi hijau di sektor industri baja tanah air. Sebab, prospek baja hijau di pasar internasional tidak dapat diabaikan. Bagi Krakatau Steel peluang untuk ikut bermain dalam pasar baja hijau terbuka lebar. Baja hijau berpotensi menjadi titik balik Krakatau Steel untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Penerbitan peta jalan dekarbonisasi KRAS dengan detail capaian dan evaluasi berkala menjadi game changer.
Mengingat banyak peluang investasi baru seperti pembiayaan hijau yang dapat dimanfaatkan Krakatau Steel untuk keberlanjutan bisnis di masa depan. Obligasi Wajib Konversi yang akan diterbitkan pada RUPS mendatang harus digunakan untuk modal awal pengembangan baja hijau. Selain itu, kesadaran industri keuangan internasional terhadap dekarbonisasi industri semakin besar. Hal ini akan memberikan angin segar dan daya tarik kepada para pemegang saham existing dan calon investor KRAS paska RUPS.
Bakhrul Fikri
Peneliti Ekonomi CELIOS
@celios_id
Jl. Abuserin III Cilandak Jakarta Selatan
Copyright © 2024 CELIOS. All Rights Reserved