Indonesia kerap disebut sebagai ‘pemimpin de facto ASEAN’ karena kontribusi historisnya dalam pembentukan ASEAN di tahun 1967, serta peran sertanya dalam mendorong proses regionalisme ASEAN di masa-masa berikutnya, terutama setelah perang dingin. Kendati demikian, apakah Indonesia hari ini masih menjadi sosok pemimpin ASEAN, atau justru gagal mengatasi masalah-masalah kawasan yang ada kini? Menyandang status sebagai Ketua ASEAN di tahun 2023, apa tantangan yang tengah dihadapi dan harus dipecahkan Indonesia saat ini agar bisa memastikan stabilitas regional ke depan?
Buku ini mengupas peran Indonesia dalam memperbaiki ASEAN di tiga isu utama, yakni integrasi sosial, reformasi kelembagaan, dan reposisi untuk merespons perubahan geopolitik global. Dengan sumbangsih historisnya sebagai salah satu ‘pelopor’ ASEAN, Indonesia tidak hanya perlu memberikan kepemimpinan normatif, tetapi juga intelektual dan kelembagaan, agar ASEAN tetap bisa mempertahankan relevansinya dalam politik kawasan dan global. Mengkombinasikan refleksi sejarah dan politik kontemporer, buku ini mendorong politik luar negeri Indonesia untuk dapat mempersembahkan masa depan yang lebih baik bagi ASEAN, terutama di tangan pemimpin baru Indonesia pasca Pemilu 2024.